Halaman

Wikipedia

Hasil penelusuran

Trusty

Rabu, 10 Juni 2020

Konsep Berpikir Naturalisme

Naturalisme adalah sebutan bagi pandangan filososfis yang memberikan suatu peranan menentukan atau suatu peranan eksklusif pada alam. Naturalisme juga memiliki sifat hukum alam dengan ciri kualitatif dan kuantitatif. Ciri kualitatif yaitu suatu ciri yang melekat pada gejala alam dan muncul pada bebagai masa perkembangan alam. Sedangkan ciri kuantitatif merujuk pada kenyataan bahwa gejala alam memiliki besaran tertentu yang dapat dihitung dan dapat diukur secara sistematis.

Dalam naturalisme terdapat beberapa ajaran, antara lain; Monoistik, Antisupernaturalistik, Ilmiah, dan Humanistik. Monoistik mengajarkan bahwa alam adalah satu-satunya kenyataan. Alam adalah abadi, bekerja sendiri, memenuhi dirinya sendiri, bergantung pada dirinya sendiri. Alam tidak transenden. Alam tidak reinkarnasi.

Antisupernaturalistik mengajarkan semua gejala dapat dijelaskan berdasarkan hubungan yang inheren dari peristiwa-peristiwa alami. Tidak ada kenyataan kecuali proses dalam ruang dan waktu. Tidak ada sebab-sebab yang bukan alami. Alam memiliki strukturnya sendiri.

Ilmiah menunjukkan gejala-gejala alam dapat dijelaskan dengan meningkatkan metodologi ilmu dan pada prinsipnya dapat dijelaskan dengan metode-metode ilmiah. Pengetahuan dapat diperoleh dengan metodologi ilmu yang logis-empiris. Intuisi, pengalaman, mistik, kepercayaan, dan wahyu ditolak. 

Humanistik mengajarkan banyak manifestasi alami dari alam semesta kepada manusia. Kodrat etis dan estetis manusia memiliki dasar pada gejala-gejala alami. Nilai-nilai dibuat manusia berdasarkan keadaan alam. Nilai-nilai tidak memiliki sumber atau sanksi.

Kosmologi dianggap sebagai pendahulu ilmu pengetahuan alam. Kosmologi dalam mitologi Yunani sering disebut chaos diyakini sebagai makhluk hidup pertama. Para pemikir Ionia menolak keyakinan mistis tersebut, mereka mengatakan bahwa terdapat keteraturan dalam pergerakan alam yang memungkinkan manusia untuk mempelajari rahasia tersembunyi di dalamnya.

Berikut ini adalah cara berpikir dan bekerja filsafat naturalisme, salah satunya menuut Bakker, sekurang-kurangnya ada tiga metode penting.

Pertama, metode kritis membicarakan teori ilmiah filosofis dengan menyelidiki konsistensi intrinsik dengan teori ilmiah khusus dan menggunakan pengalaman hidup sehari-hari disertai teknis-teknis kritis.

Kedua, metode fenomenologi merefleksikan gejala hidup sehari-hari sejauh disadari oleh subyek. Di dalam fenomena yang terbatas dan tercatat diusahakan membaca sekali pengalaman asli dan fundamental yang tersembunyi di dalamnya.

Ketiga, metode transendental yang bertitik tolak dari fenomena manusiawi yang paling sental yaitu dari fakta kegiatannya.

Pendapat lain mengatakan bahwa urutan cara kerja ilmu alam adalah melalui pemikiran kemudian dilanjutkan dengan hipotesa, perluasan dan perincian hipotesa, dari hipotesa menuju hukum alam, dari hukum alam maka menghasilkan teori ilmiah. Pendapat tersebut dimungkinkan terjadi, sebab filsafat naturalisme merupakan pemikiran yang tidak bisa terlepaskan dari alam.

Filosof alam pertama Thales, mengatakan bahwa asal-usul alam adalah air. Karena air adalah unsur terpenting yang dibutuhkan makhluk hidup.

Sedangkan bagi Heraklitos, hal yang mendasar dari alam semesta adalah api. Api adalah aktor pengubah alam. Menurutnya bumi berisi api yang selalu menyala untuk mengembangkannya.

Pythagoras juga berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama sekaligus menjadi ukuran. Unsur-unsur bilangan itu adalah ganjil dan genap, terbatas dan tidak terbatas, serta semua yang berkaitan dengan ruang dan waktu.

Berbicara mengenai ilmu alam tidak lengkap rasanya jika hanya melihatnya dari sudut pandang naturalisme saja, maka agama hadir untuk menyajikan alam dalam konsep supranatural, konsep yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia, namun diyakini kebenarannya.

Ilmu pengetahuan mempunyai konsep fisik, maka agama mempunyai konsep metafisik. Kedua konsep tersebut terlihat saling bertentangan. Antara domain agama dan ilmu pengetahuan berdiri perspektif filosofis kosmologis metafisik. Bidang studi ini berupaya untuk menarik kesimpulan intuitif tentang sifat alam semesta, manusia, Tuhan, dan hubungan mereka berdasarkan pengalaman spiritual dan observasi.

Kalau seseorang hanya percaya pada campur tangan Tuhan (fatalisme), tanpa menghiraukan keteraturan alam, dia akan terjebak dalam determinisme teologis yang sempit. Sebaliknya, jika terlalu yakin dengan keuniversalan dan kepastian hukum alam, dia juga akan terjebak dalam determinisme naturalis yang sempit.

Aristoteles mengakui bahwa alam memiliki tujuan tertentu. Alam tercipta atas empat sebab; sebab materi, sebab formal, sebab efektif, dan sebab tujuan. Sebab materi dan sebab formal menyatu dala alam, sedangkan sebab efektif dan sebab tujuan berada di luar alam. Tuhan menurut Aristoteles adalah sebab efektif sekaligus sebab tujuan.

Hubungan antara hukum alam dan agama melahirkan aliran baru yang disebut dengan naturalisme keagamaan, aliran ini merupakan bentuk dari materialisme. Tuhan digambarkan sebagai proses alami yang menciptakan dan memelihaa nilai-nilai moral. Menurut alian ini alam adalah hidup, kreatif, dan proses perkembangan. Alam merupakan proses kosmik yang abadi.

Daftar Pustaka

Bagus, Lorens, Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Agama. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Liputo, Yuliani, Kamus Filsafat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995.
Mudhofir, Ali, Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996.
Turnbull, Neil, Bengkel Ilmu Filsafat. (terj.) Daniel P. Purba. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999.