Halaman

Wikipedia

Hasil penelusuran

Trusty

Selasa, 11 Desember 2012

Bertasawuf dalam Kehidupan Modern


1. Pemahaman Tasawuf
Sebelum kita mengkaji tentang bertasawuf dalam kehidupan modern, sebaiknya kita harus memahami arti dari tasawuf. Dengan memahami ajaran ilmu tasawuf, kita mampu mengetahui hakekat kehidupan.
Bertasawuf bukanlah sesuatu yang tabu untuk dilakukan, sebab selama ini masyarakat menganggap ilmu tasawuf hanya dipakai oleh orang-orang pilihan. Masyarakat menganggap tasawuf tidak berguna untuk kehidupannya, karena tasawuf yang mereka artikan adalah menjauhi dunia untuk mendekatkan diri dengan Tuhan, padahal dunia memang dibutuhkan oleh orang bertaswuf sebagai jembatan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.
Di dalam kehidupan masyarakat modern, terutama masyarakat perkotaan saat ini, bertasawuf sebenarnya diperlukan oleh mereka, hanya saja mereka menganggap tasawuf tidak penting dalam hidupnya. Pentingnya tasawuf dalam kehidupan masyarakat adalah sebagai penyeimbang kehidupan. Karena berdasarkan realita yang ada, kehidupan masyarakat perkotaan sudah diwarnai oleh bermacam-macam perilaku yang diakibatkan oleh penyalahgunaan kemajuan teknologi dan kesibukan aktifitas, sehingga bertasawuf dianggap tidak perlu karena tidak membawa keuntungan dalam kehidupan mereka.
Bertasawuf dalam kehidupan modern tidak sama dengan bertasawuf dalam kehidupan sebelum modern, hal ini terjadi karena kemajuan teknologi yang begitu cepat. Bertasawuf harus disesuaikan dengan kemajuan zaman, karena kemajuan zaman berhubungan dengan berlangsungnya kehidupan bertasawuf.
Bertasawuf bukanlah suatu tuntutan, melainkan kebutuhan yang dijalankan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. Kebutuhan inilah yang belum dirasakan oleh masyarakat modern. Masyarakat modern menganggap kesuksesan yang diraihnya adalah upaya dari kerja keras yang dia lakukan sendiri. Padahal jika tanpa ada campur tangan Tuhan, pasti usaha juga tidak akan sukses. Kekeringan aqidah inilah yang menyebabkan tasawuf sebagai cara pendekatan diri kepada Tuhan menjadi sulit tersampaikan atau bahkan  tersingkirkan.

2. Pengertian Tasawuf
Setelah kita memahami maksud dari tasawuf, maka kita harus tahu bagaimana pengertian tentang tasawuf. Pengertian tentang Tasawuf banyak diartikan oleh para ahli keagamaan islam sebagai cara menuju Tuhan dengan membersihkan jiwa. Dan orang yang melakukan tasawuf disebut dengan SHUFI.
Menurut ABUL QASIM QUSYAIRI Tasawuf adalah menerapkan secara konsekuen ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW, berjuang menekan hawa nafsu, menjauhi perbuatan Bid’ah, dan mengikuti syariat ibadah.
Menurut AL GHAZALI Tasawuf adalah memakan makanan yang halal, mengikuti akhlak yang baik, perbuatan dan perintah Rasul yang telah tercantum dalam Sunnahnya.
Menurut ABU BAKAR ACEH Tasawuf adalah suatu ilmu pengetahuan untuk mencari kecintaan kesempurnaan kerohanian.
Menurut SAHL ABDULLAH AT-TUSTURY Shufi—orang yang bertasawuf adalah orang yang membersihkan dirinya dari kerusakan budi, selalu dalam renungan yang paling dalam dan menilai budi mulia itu sebagai harta yang paling berharga dari tumpukan emas dan permata.
Menurut ABDULLAH WAHHAB SYA’RANI Ilmu Tasawuf adalah suatu Ilmu Pengetahuan yang telah dilimpahkan ke dalam hati para Aulia, di saat hati mereka diterang oleh Cahaya Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW.
Sebenarnya masih banyak lagi pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang tasawuf. Dan dapatlah diambil kesimpulan bahwa Tasawuf adalah suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah hanya untuk mencari keridhaan dari Allah SWT dengan cara meninggalkan nafsu kediriannya dan menghapus tercela dengan bimbingan cahaya-cahaya dan pengetahuan.

3. Pentingnya Mengajarkan Tasawuf Pada Anak-anak Usia Dini
Jika melihat pada cermin realita kehidupan modern yang tidak sesuai dengan kehidupan islami, maka saya berpikir mengapa ilmu tentang tasawuf tidak diajarkan sejak usia dini? Dilihat dari kondisi sekarang, manusia cenderung berpikir cepat, begitupun dengan anak-anak. Anak-anak pada usia sekitar 10 tahun mulai dapat berpikir secara kritis dan emosional.
Karena sejak kecil anak-anak sudah didoktrin mengenai agama, maka semakin tumbuh besar mereka mulai mampu berpikir tentang kebenaran dari doktrin tersebut. Karena hal itu pula mereka mulai bertanya-tanya tentang “Apa itu Tuhan?”, “Di mana Tuhan itu?”, “Sejak kapan Tuhan itu ada?”. Tentu jawaban yang harus sesuai dengan pertanyaan seperti itu sulit untuk diungkapkan. Namun, bagaimanapun juga anak-anak harus diberikan pemahaman tentang hakekat keTuhanan.
Ketika adik-adik saya bertanya, “Mas, apa itu Tuhan?” maka dengan keterkejutan, saya menjawab, “Tuhan itu wujud yang harus disembah, mengapa disembah? Karena hanya Dia yang memiliki kekuatan melebihi Power Rangers.” Itu hanyalah refleksi diri saya yang terkejut atas pertanyaan itu, dari itu saya berpikir ternyata anak sekecil itu mulai belajar memahami Tuhan. Mengapa tidak sekalian anak-anak mulai diajarkan ilmu tentang ketasawufan sejak usia dini? Pada saat itu saya merasa mungkin belum saatnya untuk diajarkan, biarlah nilai dasar tentang agama saja yang harus ditingkatkan pemahamannya.
Ketika saya melihat pada diri mereka tidak ada unsur ketidakcerdasan pada mereka, bahkan sebaliknya, mereka adalah anak-anak yang pandai. Saya hanya menduga bahwa mereka hanya belum mempunyai kesadaran (belum merasa perlu) akan mendapatkan pelajaran ini. Namun, saya sadar bahwa tidak harus dengan paksaan mereka bisa memahami agama, biarlah dengan kehendak dari dirinya. Mereka akan tahu hakekat Tuhan tanpa paksaan karena hanya dengan itulah mereka merasakan kebebasan memahami agama.

4. Pentingnya Anak Muda Mengenal Tasawuf
Setelah mamberikan sedikit pemahaman tentang dunia tasawuf kepada anak-anak, kalangan yang harus dikenalkan dengan tasawuf adalah kalangan anak muda dan remaja. Pada dasarnya anak muda dan remaja adalah sosok yang mencari jati diri dan memiliki jiwa yang labil, sehingga kehidupan di kalangan remaja sering dihiasi dengan kehidupan yang bersifat negatif.
Untuk mencegah sesuatu yang bersifat negatif pada remaja, sebaiknya pengenalan tentang tasawuf harus dilakukan. Dengan memperkenalkan tasawuf, diharapkan remaja bisa memiliki jiwa yang tangguh, kuat, dan memiliki rasa tanggung jawab tinggi.
Modernisasi zaman dan teknologi menyebabkan anak muda masa kini tidak mau dianggap ketinggalan zaman, sehingga mereka mempunyai rasa “gengsi” jika tidak bisa atau tidak tahu kemajuan zaman. Dalam hakekatnya, gengsi tidak berlaku pada tasawuf. Justru dengan bertasawuf kita tidak diajarkan untuk gengsi karena tasawuf mengajarkan tentang kesederhanaan dan hidup dengan keadaan apa adanya dan bukan di ada-adakan untuk ada.
Dan jika anak muda sekarang dibekali dengan tasawuf, maka tasawuf itu akan selalu berbuat yang utama bagi seorang hamba dalam setiap waktunya. Oleh karena itu, tasawuf yang melekat dalam diri anak muda akan mengarahkan pada insan yang bersih dari kekeruhan, penuh denga fikiran (kearifan) menganggap sama antar emas dan lumpur, selalu beribadah hanya kepada Allah.
Fungsi tasawuf dalam hidup adalah menjadikan manusia berkepribadian yang sholeh, berperilaku baik dan mulia, ibadahnya berkualitas. Mereka diharuskan untuk hidup sederhana, jujur, istiqomah, dan tawadhu.
Dalam kehidupan modern khususnya anak muda, tasawuf menjadi obat yang mengatasi krisis kerohanian manusia modern yang telah lepas dari pusat dirinya, sehingga dia tidak tahu lagi siapa dirinya, arti,dan tujuan dari hidupnya.

5. Menapak Jejak Tasawuf
Seseorang bisa dikatakan bertasawuf jika mengetahui langkah-langkah menjadi seorang Shufi. Dan berikut merupakan langkah-langkah yang bisa dijadikan pijakan untuk mencapai puncak tasawuf, di antaranya:
Tobat adalah koreksi diri dan menyadari akan segala kekurangan dan cacatnya. Tobat adalah langkah awal untuk membersihkan diri, baik lahir maupun batin. Dengan pembersihan diri dari segala kesalahan dan sifat-sifat tercela, maka hijab-hijab yang membatasi diri dengan Khalik akan segera terkuak.
Qana’ah adalah menerima dengan apa adanya pemberian Allah. Qana’ah juga merupakan dasar hidup, menerbitkan kesungguhan hidup, menimbulkan energi kerja untuk mencari rizqi, jadi percaya dan ikhtiar akan takdir yang diperoleh sebagai hasil yang maksimal. Karena pada hakekatnya menurut pandangan islam, orang kaya itu bukanlah kaya harta, melainkan kaya akan hatinya juga, disertai juga dengan sifat qana’ah yang sudah menerima apa adanya atas pemberian Allah.
Zuhud dalam kalangan shufi, sangat diutamakan dan benar-benar ditampakkan dalam sikap dan tingkah lakunya para shufi dalam kehidupan sehari-harinya. Pada hakekatnya, Zuhud adalah membelakangkan semua mata benda dunia. Dengan kata lain zuhud adalah tidak terlalu menghiraukan dunia.
Sabar adalah sifat yang membedakan manusia dengan hewan dalam hal menundukkan hawa nafsu. Sedangkan dorongan hawa nafsu adalah tuntunan syahwat dan keinginan yang meminta untuk dilaksanakan. Sabar yang dimaksudkan dalam ajaran shufi adalah sifat yang dikehendaki oleh Allah SWT, dengan jalan meninggalkan ucapan yang bisa membawa adanya keluh kesah dan keluh kesah itupun lalu dibawanya kepada Ibadah.
Tawakal merupakan keteguhan hati dalam menyerahkan urusannya kepada orang lain, dan keyakinan yang demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada orang yang diserahi urusan tadi. Bahwa ia betul-betul mempunyai sifat kasih sayang terhadap orang yang memberikan perwakilan. Dan ia dapat membimbing terhadap orang yang memberikan perwakilan.
Pada hakekatnya, tawakal adalah menyerahkan diri, berserah diri kepada Allah setelah berusaha sekuat tenaga dan fikiran dalam mencapai sesuatu tujuan. Jadi, apabila kita mempunyai tujuan, lalu berusaha dengan sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuan menurut aturan dan syarat-syarat yang diperlukan, maka hasilnya tinggal menunggu keputusan dari Allah.
Ikhlas merupakan syarat utama dalam setiap amal Ibadah Umat Islam agar amalnya diterima oleh Allah. Sebab, itu merupakan upaya hamba Allah untuk menunjukkan segala perhatiannya, segala gerak-geriknya, amal perbuatannya, baik lahir maupun batin yang semata-mata hanya ditujukan kepada Allah.
Syukur adalah mengenal pemberi nikmat (Allah) dengan menyatakan (Ikrar) pada Tuhannya. Nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita terbagi antara, nikmatul ijad dan nikmat ciptaan, artinya Ia telah jadikan dan menciptakan yang dahulunya tidak ada. Dan sesudah ada, Allah telah mengirimnya dengan nikmatul Imdad, yaitu yang menyebabkan manusia akan tetap ada, ia akan kembali dan tidak akan ada lagi, seperti makanan dan pakaian.
Ridho oleh kalangan shufi diibaratkan pintu Allah yang besar, orang-orang yang telah memuliakan ridho, maka dia akan dipertemukan  dengan kecintaan yang paling penuh (utama) dan dimuliakan dengan pendekatan yang paling tinggi. 

DAFTAR PUSTAKA
Al-Misriy, Badruttaman Basya. Tasawwuf Anak Muda, Jakarta: Pustaka Group, 2009.
Al-Kaaf, Abdullah Zakiy. Membentuk Akhlak Mempersiapkan Generasi Islami, Bandung: Pustaka Setia, 2001.
Bahreisy, Salim. AL-HIKAM PENDEKATAN ABDI PADA KHALIQNYA, Surabaya: Balai Buku, 1984.
Hidajati, Arini. Anak, Tuhan dan Agama, Yogyakarta: Putra Langit, 1999.
Mustofa, Agus. Bersatu dengan ALLAH, Surabaya: Padma Press, 2010.
Mz, Labib. MEMAHAMI AJARAN TASHOWUF, Surabaya: Tiga Dua, 2000.
Nata, Abuddin. AKHLAK TASHAWUF, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Yeljen, Miqdad. Globalitas Persoalan Manusia Modern, Riyadh: Risalah Gusti, 1989.