1. Pemahaman Tasawuf
Sebelum kita mengkaji tentang
bertasawuf dalam kehidupan modern, sebaiknya kita harus memahami arti dari
tasawuf. Dengan memahami ajaran ilmu tasawuf, kita mampu mengetahui hakekat
kehidupan.
Bertasawuf bukanlah sesuatu yang
tabu untuk dilakukan, sebab selama ini masyarakat menganggap ilmu tasawuf hanya
dipakai oleh orang-orang pilihan. Masyarakat menganggap tasawuf tidak berguna
untuk kehidupannya, karena tasawuf yang mereka artikan adalah menjauhi dunia
untuk mendekatkan diri dengan Tuhan, padahal dunia memang dibutuhkan oleh orang
bertaswuf sebagai jembatan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.
Di dalam kehidupan masyarakat
modern, terutama masyarakat perkotaan saat ini, bertasawuf sebenarnya
diperlukan oleh mereka, hanya saja mereka menganggap tasawuf tidak penting
dalam hidupnya. Pentingnya tasawuf dalam kehidupan masyarakat adalah sebagai
penyeimbang kehidupan. Karena berdasarkan realita yang ada, kehidupan masyarakat
perkotaan sudah diwarnai oleh bermacam-macam perilaku yang diakibatkan oleh
penyalahgunaan kemajuan teknologi dan kesibukan aktifitas, sehingga bertasawuf
dianggap tidak perlu karena tidak membawa keuntungan dalam kehidupan mereka.
Bertasawuf dalam kehidupan modern
tidak sama dengan bertasawuf dalam kehidupan sebelum modern, hal ini terjadi
karena kemajuan teknologi yang begitu cepat. Bertasawuf harus disesuaikan
dengan kemajuan zaman, karena kemajuan zaman berhubungan dengan berlangsungnya
kehidupan bertasawuf.
Bertasawuf bukanlah suatu tuntutan,
melainkan kebutuhan yang dijalankan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.
Kebutuhan inilah yang belum dirasakan oleh masyarakat modern. Masyarakat modern
menganggap kesuksesan yang diraihnya adalah upaya dari kerja keras yang dia
lakukan sendiri. Padahal jika tanpa ada campur tangan Tuhan, pasti usaha juga
tidak akan sukses. Kekeringan aqidah inilah yang menyebabkan tasawuf sebagai
cara pendekatan diri kepada Tuhan menjadi sulit tersampaikan atau bahkan tersingkirkan.
2. Pengertian Tasawuf
Setelah kita memahami maksud dari
tasawuf, maka kita harus tahu bagaimana pengertian tentang tasawuf. Pengertian
tentang Tasawuf banyak diartikan oleh para ahli keagamaan islam sebagai cara
menuju Tuhan dengan membersihkan jiwa. Dan orang yang melakukan tasawuf disebut
dengan SHUFI.
Menurut ABUL QASIM QUSYAIRI Tasawuf
adalah menerapkan secara konsekuen ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW,
berjuang menekan hawa nafsu, menjauhi perbuatan Bid’ah, dan mengikuti syariat
ibadah.
Menurut AL GHAZALI Tasawuf adalah
memakan makanan yang halal, mengikuti akhlak yang baik, perbuatan dan perintah
Rasul yang telah tercantum dalam Sunnahnya.
Menurut ABU BAKAR ACEH Tasawuf
adalah suatu ilmu pengetahuan untuk mencari kecintaan kesempurnaan kerohanian.
Menurut SAHL ABDULLAH AT-TUSTURY
Shufi—orang yang bertasawuf adalah orang yang membersihkan dirinya dari
kerusakan budi, selalu dalam renungan yang paling dalam dan menilai budi mulia
itu sebagai harta yang paling berharga dari tumpukan emas dan permata.
Menurut ABDULLAH WAHHAB SYA’RANI
Ilmu Tasawuf adalah suatu Ilmu Pengetahuan yang telah dilimpahkan ke dalam hati
para Aulia, di saat hati mereka diterang oleh Cahaya Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
SAW.
Sebenarnya masih banyak lagi
pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang tasawuf. Dan dapatlah
diambil kesimpulan bahwa Tasawuf adalah suatu jalan untuk mendekatkan diri
kepada Allah hanya untuk mencari keridhaan dari Allah SWT dengan cara
meninggalkan nafsu kediriannya dan menghapus tercela dengan bimbingan
cahaya-cahaya dan pengetahuan.
3. Pentingnya Mengajarkan Tasawuf Pada Anak-anak Usia Dini
Jika melihat pada cermin realita
kehidupan modern yang tidak sesuai dengan kehidupan islami, maka saya berpikir
mengapa ilmu tentang tasawuf tidak diajarkan sejak usia dini? Dilihat dari
kondisi sekarang, manusia cenderung berpikir cepat, begitupun dengan anak-anak.
Anak-anak pada usia sekitar 10 tahun mulai dapat berpikir secara kritis dan
emosional.
Karena sejak kecil anak-anak sudah
didoktrin mengenai agama, maka semakin tumbuh besar mereka mulai mampu berpikir
tentang kebenaran dari doktrin tersebut. Karena hal itu pula mereka mulai
bertanya-tanya tentang “Apa itu Tuhan?”, “Di mana Tuhan itu?”, “Sejak kapan
Tuhan itu ada?”. Tentu jawaban yang harus sesuai dengan pertanyaan seperti itu
sulit untuk diungkapkan. Namun, bagaimanapun juga anak-anak harus diberikan
pemahaman tentang hakekat keTuhanan.
Ketika adik-adik saya bertanya,
“Mas, apa itu Tuhan?” maka dengan keterkejutan, saya menjawab, “Tuhan itu wujud
yang harus disembah, mengapa disembah? Karena hanya Dia yang memiliki kekuatan
melebihi Power Rangers.” Itu hanyalah refleksi diri saya yang terkejut atas
pertanyaan itu, dari itu saya berpikir ternyata anak sekecil itu mulai belajar
memahami Tuhan. Mengapa tidak sekalian anak-anak mulai diajarkan ilmu tentang
ketasawufan sejak usia dini? Pada saat itu saya merasa mungkin belum saatnya
untuk diajarkan, biarlah nilai dasar tentang agama saja yang harus ditingkatkan
pemahamannya.
Ketika saya melihat pada diri mereka
tidak ada unsur ketidakcerdasan pada mereka, bahkan sebaliknya, mereka adalah
anak-anak yang pandai. Saya hanya menduga bahwa mereka hanya belum mempunyai
kesadaran (belum merasa perlu) akan mendapatkan pelajaran ini. Namun, saya
sadar bahwa tidak harus dengan paksaan mereka bisa memahami agama, biarlah
dengan kehendak dari dirinya. Mereka akan tahu hakekat Tuhan tanpa paksaan
karena hanya dengan itulah mereka merasakan kebebasan memahami agama.
4. Pentingnya Anak Muda Mengenal Tasawuf
Setelah mamberikan sedikit pemahaman
tentang dunia tasawuf kepada anak-anak, kalangan yang harus dikenalkan dengan
tasawuf adalah kalangan anak muda dan remaja. Pada dasarnya anak muda dan
remaja adalah sosok yang mencari jati diri dan memiliki jiwa yang labil,
sehingga kehidupan di kalangan remaja sering dihiasi dengan kehidupan yang
bersifat negatif.
Untuk mencegah sesuatu yang bersifat
negatif pada remaja, sebaiknya pengenalan tentang tasawuf harus dilakukan.
Dengan memperkenalkan tasawuf, diharapkan remaja bisa memiliki jiwa yang
tangguh, kuat, dan memiliki rasa tanggung jawab tinggi.
Modernisasi zaman dan teknologi
menyebabkan anak muda masa kini tidak mau dianggap ketinggalan zaman, sehingga
mereka mempunyai rasa “gengsi” jika tidak bisa atau tidak tahu kemajuan zaman.
Dalam hakekatnya, gengsi tidak berlaku pada tasawuf. Justru dengan bertasawuf
kita tidak diajarkan untuk gengsi karena tasawuf mengajarkan tentang
kesederhanaan dan hidup dengan keadaan apa adanya dan bukan di ada-adakan untuk
ada.
Dan jika anak muda sekarang dibekali
dengan tasawuf, maka tasawuf itu akan selalu berbuat yang utama bagi seorang
hamba dalam setiap waktunya. Oleh karena itu, tasawuf yang melekat dalam diri
anak muda akan mengarahkan pada insan yang bersih dari kekeruhan, penuh denga
fikiran (kearifan) menganggap sama antar emas dan lumpur, selalu beribadah
hanya kepada Allah.
Fungsi tasawuf dalam hidup adalah
menjadikan manusia berkepribadian yang sholeh, berperilaku baik dan mulia,
ibadahnya berkualitas. Mereka diharuskan untuk hidup sederhana, jujur,
istiqomah, dan tawadhu.
Dalam kehidupan modern khususnya
anak muda, tasawuf menjadi obat yang mengatasi krisis kerohanian manusia modern
yang telah lepas dari pusat dirinya, sehingga dia tidak tahu lagi siapa
dirinya, arti,dan tujuan dari hidupnya.
5. Menapak Jejak Tasawuf
Seseorang bisa dikatakan bertasawuf
jika mengetahui langkah-langkah menjadi seorang Shufi. Dan berikut merupakan
langkah-langkah yang bisa dijadikan pijakan untuk mencapai puncak tasawuf, di
antaranya:
Tobat adalah
koreksi diri dan menyadari akan segala kekurangan dan cacatnya. Tobat adalah
langkah awal untuk membersihkan diri, baik lahir maupun batin. Dengan
pembersihan diri dari segala kesalahan dan sifat-sifat tercela, maka
hijab-hijab yang membatasi diri dengan Khalik akan segera terkuak.
Qana’ah
adalah
menerima dengan apa adanya pemberian Allah. Qana’ah juga merupakan dasar hidup,
menerbitkan kesungguhan hidup, menimbulkan energi kerja untuk mencari rizqi,
jadi percaya dan ikhtiar akan takdir yang diperoleh sebagai hasil yang
maksimal. Karena pada hakekatnya menurut pandangan islam, orang kaya itu
bukanlah kaya harta, melainkan kaya akan hatinya juga, disertai juga dengan
sifat qana’ah yang sudah menerima apa adanya atas pemberian Allah.
Zuhud
dalam
kalangan shufi, sangat diutamakan dan benar-benar ditampakkan dalam sikap dan
tingkah lakunya para shufi dalam kehidupan sehari-harinya. Pada hakekatnya,
Zuhud adalah membelakangkan semua mata benda dunia. Dengan kata lain zuhud
adalah tidak terlalu menghiraukan dunia.
Sabar
adalah
sifat yang membedakan manusia dengan hewan dalam hal menundukkan hawa nafsu.
Sedangkan dorongan hawa nafsu adalah tuntunan syahwat dan keinginan yang meminta
untuk dilaksanakan. Sabar yang dimaksudkan dalam ajaran shufi adalah sifat yang
dikehendaki oleh Allah SWT, dengan jalan meninggalkan ucapan yang bisa membawa
adanya keluh kesah dan keluh kesah itupun lalu dibawanya kepada Ibadah.
Tawakal merupakan
keteguhan hati dalam menyerahkan urusannya kepada orang lain, dan keyakinan
yang demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada orang yang
diserahi urusan tadi. Bahwa ia betul-betul mempunyai sifat kasih sayang
terhadap orang yang memberikan perwakilan. Dan ia dapat membimbing terhadap
orang yang memberikan perwakilan.
Pada hakekatnya, tawakal adalah
menyerahkan diri, berserah diri kepada Allah setelah berusaha sekuat tenaga dan
fikiran dalam mencapai sesuatu tujuan. Jadi, apabila kita mempunyai tujuan,
lalu berusaha dengan sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuan menurut aturan dan
syarat-syarat yang diperlukan, maka hasilnya tinggal menunggu keputusan dari
Allah.
Ikhlas merupakan
syarat utama dalam setiap amal Ibadah Umat Islam agar amalnya diterima oleh
Allah. Sebab, itu merupakan upaya hamba Allah untuk menunjukkan segala perhatiannya,
segala gerak-geriknya, amal perbuatannya, baik lahir maupun batin yang
semata-mata hanya ditujukan kepada Allah.
Syukur
adalah
mengenal pemberi nikmat (Allah) dengan menyatakan (Ikrar) pada Tuhannya. Nikmat
yang telah diberikan Allah kepada kita terbagi antara, nikmatul ijad dan nikmat
ciptaan, artinya Ia telah jadikan dan menciptakan yang dahulunya tidak ada. Dan
sesudah ada, Allah telah mengirimnya dengan nikmatul Imdad, yaitu yang
menyebabkan manusia akan tetap ada, ia akan kembali dan tidak akan ada lagi,
seperti makanan dan pakaian.
Ridho
oleh
kalangan shufi diibaratkan pintu Allah yang besar, orang-orang yang telah
memuliakan ridho, maka dia akan dipertemukan
dengan kecintaan yang paling penuh (utama) dan dimuliakan dengan
pendekatan yang paling tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Misriy, Badruttaman Basya. Tasawwuf Anak Muda, Jakarta: Pustaka
Group, 2009.
Al-Kaaf, Abdullah Zakiy. Membentuk Akhlak Mempersiapkan Generasi
Islami, Bandung: Pustaka Setia, 2001.
Bahreisy, Salim. AL-HIKAM PENDEKATAN ABDI PADA KHALIQNYA, Surabaya:
Balai Buku, 1984.
Hidajati, Arini. Anak, Tuhan dan Agama, Yogyakarta: Putra
Langit, 1999.
Mustofa, Agus. Bersatu dengan ALLAH, Surabaya: Padma Press, 2010.
Mz, Labib. MEMAHAMI AJARAN TASHOWUF, Surabaya: Tiga Dua, 2000.
Nata, Abuddin. AKHLAK TASHAWUF, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Yeljen, Miqdad. Globalitas Persoalan Manusia Modern, Riyadh: Risalah Gusti, 1989.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar